Minggu, 29 Januari 2012

virus Tungro

Virus Tungro


BAB I
PENDAHULUAN 
1.1              Latar Belakang

Penyakit tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi (Oryza sativa). Penyebaran penyakit tungro tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjai juga dibeberapa negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dua virus,  yaitu virus bentuk batang Rice tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan  virus bentuk bulat Rice tungro spherical waikavirus (RTSV). ). Kedua jenis virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel secara bersama-sama karena  antara satu virus  dengan yang lainnya tidak terjadi proteksi silang. Dalam menyebaran kedua virus penyebab penyakit tungro ini  membutuhkan vector, yaitu oleh wereng hijau (Nephotettix virescen) secara semipersistensi (lamanya virus ditahan dalam vektor hanya beberapa hari). Hal ini dikarenakan kedua virus tersebut tidak mempunyai alat gerak untuk berpindah dari suatu tempat ketempat lain.
Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menunjukkan gejala perubahan warna pada daun muda, yaitu menjadi kuning-oranye dan umumnya perubahan warna daun  dimulai dari ujung daun, tanaman padi menjadi kerdil, jumlah anakan sedikit, dan pertumbuhannya terhambat. Berat dan ringannya gejala yang yang tampak  menunjukkan tingkat keparahan penyakit pada tanaman padi yang terinfeksi virus tungro. Tingkat keparahan penyakit  tungro sendiri tergantung pada tingkat ketahanan varietas padi dan umur tanaman padi pada saat terinfeksi. Tanama padi yang  muda umumnya lebih rentan terhadap infeksi virus tungro dibandingkan tanaman tua.
Dengan mengetahui karakteristik virus tungro dan serangga vektornya maka akan ditemukan cara yang efektif untuk mengendalikan penyakit ini, sehingga penurunan produksi padi akibat serangan penyakit tungro dapat diminimalisasi. Namun yang perlu diketahui bahwa pengendalian penyakit tungro tidak mungkin dilakukan secara parsial, tapi harus dilakukan secara terpadu yaitu dengan mempertimbangkan beberapa aspek.

1.2       Tujuan
                        Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar-dasar Perlindungan Tanaman yang diasuh oleh bapak Ir. Muhammad Ali, M Sc.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Klasifikasi
Tungro disebabkan oleh infeksi ganda dari dua virus yang berbeda, yaitu Rice tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan Rice tungro spherical waikavirus (RTSV). Kedua virus tersebut tidak mempunyai hubungan kekerabatan karena secara morfologi dan genom keduanya tidak mempunyai kesamaan. Kedua virus tersebut hidup bebas di dalam tanaman padi, RTSV terbatas hanya di dalam jaringan floem dan RTBV terdapat pada jaringan xylem dan floem.
Dan klasifikasi kedua virus ini secara biologi dan morfologi adalah sebagai berikut:
2.1.1    Klasifikasi Biologi

Klasifikasi biologi patogen  penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :

  1. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)


·         Group                    :           Group VII (dsDNA-RT)
·         Family                   :           Caulimoviridae
·         Genus                    :           Tungrovirus
·         Species                  :           Rice tungro bacilliform virus


  1. Rice tungro spherical virus (RTSV)


·         Group                    :           Group IV ((+)ssRNA)
·         Family                   :           Sequiviridae
·         Genus                    :           Waikavirus
·         Species                  :           Rice tungro spherical virus

2.1.2    Morfologi

Morfologi  patogen  penyebab penyakit tungro adalah sebagai berikut :

  1. Rice tungro bacilliform virus (RTBV)

Morfologinya
·         Bentuk partikel RTBV adalah batang (bacilliform)
·         Diameter RTBV 30-35 nm
·         Panjang RTBV kira-kira 100-300 nm yang bervariasi antara isolate


  1. Rice tungro spherical virus (RTSV)

Morfologinya
·         Bentuk partikel RTSV adalah bulat (spherical)
·         Diameter RTSV 30 nm


2.2       Gejala Serangan Virus Tungro pada Tanaman
Gejala serangan penyakit virus tungro pada tanaman padi tergantung ketahanan tanaman dan umur tanaman sewaktu terinfeksi. Secara garis besar gejala-gejala tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Daun-daun menjadi berwarna kuning oranye atau jingga dan daun-daun muda yang baru keluar memendek dan menggulung.
  2. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun
  3. Pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil.
  4. Anakan berkurang.
  5. Bila serangan telah terjadi, sejak di pesemaian atau pada tanaman muda yang berumur kurang dari satu bulan, bulir yang dihasilkan relatif lebih kecil, bahkan bila serangan berat, tanaman tidak menghasilkan bulir sama sekali.
  6. Bila infeksi terjadi setelah tanaman berbunga atau berumur kira-kira 60 hari, hasil tanaman tidak berpengaruh.
  7. Apabila serangan penyakit tungro dimulai pada umur vegetatif (1-4 MST) dan menyerang jenis varietas padi yang peka dapat meyebabkan tanaman puso sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar, dan perlu dikendalikan secara efektif dan efisien.
Gejala tanaman padi yang terserang virus tungro sangat mirip dengan gejala tanaman yang kekurangan unsur hara (penyakit fisiologis), sehingga untuk menentukan apakah suatu tanaman terserang virus tungro atau karena kekurangan unsur hara dapat dilakukan test sederhana yaitu penularan secara buatan melalui perantaraan vektor (wereng hijau), caranya sebagai berikut:
  1. Buat pesemaian padi dari varietas peka di dalam pot yang disungkup dengan kasa kedap wereng.
  2. Bila pesemaian telah berumur 7 hari, kemudian di infeksi dengan wereng hijau yang diambil dari tanaman yang diduga terserang virus tungro.
  3. Pengamatan dilakukan setelah 10 hari, jika pesemaian menunjukkan gejala yang sama dengan gejala tanaman terserang virus tungro, berarti pertanaman terserang virus tungro dan bukan kekurangan hara.

2.3       Penyebaran Virus Tungro
Penyakit tungro tidak akan menyebar jika tidak ada tanaman sakit yang menjadi sumber inokulum, demikian juga jika tidak ada wereng hijau sebagai vektornya.
Virus tungro dapat ditularkan oleh wereng daun yang terdiri dari dua genus yaitu Nephotettix dan Recilia. Spesies dari genus Recilia yang dapat menularkan virus tungro yaitu Recilia dorsalis. Genus Nephotettix yang dapat menularkan virus tungro terdiri dari 4 spesies, yaitu N. virescens, N. nigropictus, N. parvus, dan N. malayanus. Virus tungro ditularkan terutama oleh wereng hijau Nephotettix virescens Distant (Hemiptera: Cicadellidae).Tingkat serangan N. virescens dalam mentransmisikan virus mencapai 85-100%, diikuti oleh N. nigropictus kurang dari 35%, R. dorsalis kurang dari 5%, N. parvus dan N. malaynus 1-2%. Sifat hubungan virus tungro dengan vektornya adalah semipersisten (lamanya virus ditahan dalam vektor hanya beberapa hari). Vektor makan pada jaringan floem tanaman yang sakit untuk memperoleh virus dan membutuhkan waktu yang agak panjang. Virus yang telah diperoleh hanya dapat bertahan untuk beberapa hari dan daya tularnya akan hilang pada saat pergantian kulit.

Selain adanya kedua faktor di atas , kondisi lapangan juga menunjang perkembangan pathogen penyebab penyakit tungro, seperti:
  • kepekaan varietas yang ditanam
  • tersedianya tanaman padi yang terus menerus
  • faktor iklim seperti curah hujan
  • kecepatan angin yang akan mempercepat penyebaran penyakit tungro
2.4       Teknik Pengendalian Penyakit Tungro
Prinsip utama dalam pengendalian penyakit tungro adalah membuat tanaman terhindar dari serangan penyakit tungro yaitu pada saat tanaman padi dalam stadia rentan (fase vegetatif) terhadap penyakit tungro dan dalam stadia tahan terhadap penyakit tungro (fase generatif). 
            Berdasarkan pemahaman adanya stadia tanaman rentan infeksi, dinamika populasi vektor, dan epidemiologi virus, maka strategi untuk mengendalikan tungro adalah mengusahakan perlindungan sedini mungkin terhadap tanaman saat fase vegetatif awal, menekan proporsi vektor viruliferus, dan sanitasi selektif sumber inokulum virus tungro (Rice Tungro Spherical Virus = RTSV). Beberapa komponen pengendalian dan teknik peringatan dini telah terakit dan dipadukan dalam teknik pengendalian untuk menerapkan strategi tersebut.
Tahapan Penerapan  Pengendalian Penyakit Tungro Terpadu, yaitu:
A.    Periode pra-tanam
1.      Rencanakan tanam padi yang serempak pada areal sehamparan dengan luas minimal 40 ha, berdasarkan jangkauan dari satu sumber inokulum.
2.      Rencanakan waktu tanam dengan memperkirakan saat puncak kepadatan populasi wereng hijau dan keberadaan tungro pada saat tanaman telah melewati fase vegetatif.
3.      Sanitasi
Gulma, singgang, ceceran gabah saat panen yang tumbuh (voluntir) dapat menjadi inang serangga maupun pathogen pada saat tidak ada pertanaman padi. Wereng hijau hanya dapat berkembang pada tanaman padi, singgang dan voluntir. Virus tungro disamping dapat menginfeksi padi, juga bisa ditularkan oleh wereng hijau kepada gulma. Jenis gulma yang berpotensi sebagai sumber inokulum RTSV yaitu Cyperus rotundus dan Monochloria vaginalis, Phylanthus ninuri, Fimbristylis miliaceae, dan Eulisine indica. Menghilangkan gulma, singgang, dan voluntir akan mengurangi sumber inokulum pada awal pertumbuhan tanaman.
4.      Tanam jajar legowo, tanam jajar legowo menyebabkan kondisi iklim mikro dibawah kanopi kurang mendukung perkembangan patogen. Pada tanaman padi dengan sebaran ruang legowo, wereng hijau kurang aktif berpindah antar rumpun sehingga penyebaran tungro terbatas. Wereng hijau memperoleh virus dari sumber-sumber inokulum tersebut kemudian ditularkan ke tanaman sehat. Biarkan pematang ditumbuhi rumput lain selain sumber inokulum tersebut di atas pada periode awal tanam untuk tempat berlindung laba-laba, predator wereng hijau.
5.      Tanamlah varietas yang tahan wereng hijau atau tahan tungro.  Varietas-varietas unggul baru tahan tungro yang dilepas oleh Badan Litbang Pertanian/Balitpa antara tahun 1995-2000 disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Varietas unggul baru tahan tungro yang dilepas  pada tahun 1995 - 2000
Varietas
Tahun pelepasan
Umur
(hari)
Tinggi tanaman
(cm)
Hasil
(t/ha)
Membramo
1995
115-120
105
6,5
Tukad Unda
2000
110
104
4-7
Tukad Balian
2000
110
  95
4-7
Tukad Petanu
2000
120
118
4-7
Celebes
2000
105-110
90-100
4,-5
Kalimas
2000
120-130
98-116
8,97
Bondojodo
2000
115
97-116
8,40
Sumber : Balitpa, 2000
B.     Periode tanam (dari saat pesemaian sampai akhir vegetatif tanaman).
1.      Pemanfaatan cendawan entomopatogen
Patogen menginfeksi serangga (entomopatogen) sehingga menyebabkan kematian pada serangga. pathogen dari jenis cendawan yang telah dikembangkan untuk mengendalikan wereng coklat, wereng hijau serta lembing batu adalah Metharizium sp. dan Beauveria bassiana. Cendawan entomopatogen menekan penyakit tungro dengan triple action melalui penekanan kemampuan pemencaran secara langsung dapat mematikan dan secara tidak langsung dengan mengurangi keperidian betina , B. bassiana kerapatan konidia 107 dan Verticillium lecanii kerapatan konidia 108, efektif mematikan wereng hijau.
2.      Sawah jangan dikeringkan
Usahakan paling tidak dalam kondisi air macak-macak. Sawah kering merangsang pemencaran wereng hijau yang dapat memperluas penularan.
3.      Penggunaan alternatif terakhir
Penyemprotan pestisida dapat menekan populasi wereng hijau yang berarti dapat mengurangi penyebaran virus. Pestisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan ereng hijau ada yang jenis nabati dan organik. Tanaman yang digunakan untuk mengendalikan wereng ijau, misalnya nimbi dan sambilata.
 

DAFTAR PUSTAKA


Muis, Amran . 2007. Pengelolaan Penyakit Tungro Secara Terpadu. Balai Pengajian                                                Teknologi Pertanian (BPTP).Sulawesi Tengah.
Praptana, R.H dan, Burhanuddin .A. 2008. Kesesuaian Waktu Tanam dan Varietas Dalam Pengendalian Penyakit  Tungro di Sulawesi Barat. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX . Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008.

Widiarta IN, Kusdiaman D. 2007. Penggunaan jamur entomopatogen Metarizhium anisopliae dan Beauveria bassiana untuk mengendalikan populasi wereng hijau. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Badan penelitian dan pengembangan pertanian, Bogor.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar